Kompilasi

bertanya tentang bagaimana masalah hidup seseorang hanya untuk memenuhi rasa penasaran merupakan hal yang kurang bijak, terkadang diam adalah satu-satunya sikap yang dibutuhkan dibandingkan melontarkan kalimat penyemangat tak berharga  hanya agar hatimu tidak terlalu merasa bersalah saat berada di hadapannya. 

tidak ada seorangpun di dunia ini yang benar-benar dia sukai seutuhnya, dan celah ketidaksempurnaan yang mereka miliki terkadang membuatnya ingin menjauh, tapi disisi lain tak dapat dipungkiri manusia saling membutuhkan, hubungan antar manusia itu rumit, mereka dapat saling membenci dan membutuhkan disaat yang bersamaan,  namun pada akhirnya inti dari hubungan tersebut adalah sesungguhnya setiap manusia berjuang untuk mempertahankan apa yang ada di sisinya demi mencapai kebahagiaannya sendiri.

Dia tidak pernah menyukai hidup seperti ini, semua hal yang terjadi di masa lalu sangatlah memuakkan. itu yang menjebaknya menjalani kehidupan seperti sekarang. pengkhianatan membuat semuanya terasa hambar namun ketidakhadiran akan kehangatan dan kasih sayang membuat semuanya lebih memilukan.

Pikiran manusia memang tak terbatas dan dia sampai dibatas dimana dia berpikir semua ini terjadi karena kelalaianmu menjalankan peranmu.

kudengar manusia akan banyak berubah seiring berjalannya waktu, kurasa itu tidak sepenuhnya benar. watak yang sudah lama terbentuk tidak akan dengan mudah berubah hanya karena beribu nasihat yang didengar maupun berjuta momen yang telah dilalui. maka berharap kepada manusia hanya akan berbuah kecewa.

Sebuah melodrama dengan alur cerita yang begitu realistis, seperti sedang menonton realita kehidupan sehari-hari. Beberapa hal yang menjadi perdebatan dalam hati kecilku selama ini akhirnya terjawab, dulu kupikir hanya aku yang merasakan hal seperti ini ternyata orang lain juga pernah merasakannya. Bagaimana bisa muncul perasaan ingin bebas tetapi tak tahu sedang terjebak dimana? Atau bagaimana orang lain merasakan senang yang sebegitunya padahal akhirnya mereka akan tiada? 

Menjadikan hati sebagai jaminan demi sebuah hubungan yang tak pasti membuat dirimu bahagia merupakan tindakan yang bodoh. Hari demi hari kau lalui dan tak kau sadari tiba tiba kau semakin tersiksa, kau sebut pengorbanan awalnya, namun itu berarti kau biarkan luka dalam tubuhmu semakin menganga. Apa yang kau dapat tidak akan sebanding dengan rasa sakit yang kau rasakan. Sayangnya, luka itu membekas menjadi sebuah trauma yang cukup dalam. Namun pertanyaannya, adakah yang pasti di dunia ini? 

Pagi ini aku mengunjungi sekolah lamaku, aku berjalan sendiri melewati koridor dan sesekali berhenti mengintip dari balik jendela terlihat bangku bangku kosong yang masih tertata seperti saat terakhir aku meninggalkan tempat ini, namun sebagian besar kelas dialih fungsikan menjadi ruang olahraga. Banyak yang berubah, namun selama apapun waktu berlalu ingatan tak akan terlupa. Dengan seperti ini, secara sengaja aku mengizinkan ingatan itu muncul kembali. Seperti membuka kembali sebuah buku lama yang berdebu dan membaca kembali tulisan yang tertera diatas kertas yang menguning.  Langkah demi langkah yang kulalui seakan membuka kembali lembar demi lembar kertas dalam buku usang itu. Sampai di akhir sesi nostalgiaku pagi itu dan di halaman terakhir ingatanku berada, aku memutuskan untuk menyudahinya dengan senyuman yang lebar. Dan menutup kembali buku ingatanku sebelum kembali ku simpan dalam sudut benak paling dalam. Entah, kapan lagi aku berani untuk membukanya kembali.

Komentar

Popular Posts